“Saya datang untuk menang”, begitulah yang dikatakan Jokowi kepada media ketika meresmikan dirinya sebagai kandidat Gubernur DKI. Jokowi meyakini betul ucapannya karena sadar akan kekuatan “modal” yang dimilikinya. Dia tampil sebagai pemilik kans kemenangan terbesar setelah incumbent. Kesan ‘wong deso’ tanpa tujuan selain mengadu nasib di ibukota tak terlihat pada dirinya.
Dunia politik, sebenarnya sama seperti dunia bisnis . Ada persaingan, ada sikut menyikut, ada perang pencitraan. Strategi pencitraan Jokowi ini bisa Anda terapkan dalam bisnis. Intinya, bagaimana menyusun sebuah strategi pemasaran yang membuat merek Anda menjadi populis atau dekat di hati konsumen (rakyat).
Secara umum, rekam jejak yang bersih menjadi modal utama bagi Jokowi. Kiprah blusukannya juga tegas menyiratkan posisi dirinya sebagai pemimpin sekaligus bagian dari warga mayoritas. Kedekatan dengan target (warga) dipelihara lewat komunikasi yang intens dan berorientasi pada win/win solution. Sehingga konflik kepentingan yang biasa timbul antara warga dengan pemerintah bisa dikendalikan pada titik minimal.
Kemasan modal dan segala aktifitas pendukungnya sebagai sebuah strategi pemasaran makin kinclong setelah situs worldmayor.com merilis namanya masuk nominasi Walikota Terbaik Dunia 2012. Dalam hitungan bisnis -tanpa perlu publikasi lebih–Jokowi telah memenangkan awareness publik.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan faktor diferensiasi sebagai identitas (brand identity) ke dalam strategi pemasarannya. Kejelian Jokowi bersama timnya memanfaatkan situasi lagi-lagi terbukti. Jika kompetitor bangga memajang atribut Partai Politik (Parpol) sebagai barisan pendukunganya, Jokowi justru bertindak sebaliknya. Segala bentuk atribut partai tidak dikenakan dalam kampanyenya.
Jokowi memilih untuk mengaplikasikan ide orisinil yang sama sekali baru sebagai identitasnya, yaitu kotak-kotak. Sebuah ide brilian guna menyematkan kesan netralitas – yang merangkul semua golongan - pada dirinya, meski sebenarnya khalayak mengetahui Parpol pendukungnya. Namun ‘kotak-kotak Jokowi’ dalam strategi pemasaran (politik) sukses menyebarkan nuansa baru daripada suara Parpol. Klop dengan slogan yang diusungnya, Jakarta Baru.
Politik tak ubahnya sebuah bisnis. Ini memang bisnis dengan pemanfaatan segala sumber daya, situasi dan kondisi untuk meraih kemenangan. Strategi pemasaran Jokowi yang mumpuni itu juga terbukti applicable. Situasi dan kondisi publik yang galau terlanda krisis kepercayaan pimpinan menjadi bingkai sempurna untuknya. Ibarat menempatkan lukisan Monalisa ke dalamnya, urusan bingkai lusuh jadi tidak penting. Monalisa jauh lebih segar dan sedap dipandang ketimbang bingkainya.
Anda terinspirasi? Selamat mencoba (bn/dari berbagai sumber)
sumber:www.eciputra.com
0 comments:
Post a Comment