JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan kini sudah mulai menyusut. Hal itu disebabkan karena perbaikan dari sisi ekspor.
Direktur Eksekutif Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI Difi A Johansyah mengatakan, hingga kuartal I-2013 defisit transaksi berjalan menyusut menjadi 5,3 miliar dollar AS atau 2,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai tersebut lebih baik dari defisit di kuartal sebelumnya yang mencapai 7,6 miliar dollar AS atau sebesar 3,5 persen dari PDB.
"Perbaikan ini bersumber dari meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan berkurangnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan," kata Difi dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (16/5/2013).
Difi menambahkan, kinerja ekspor nonmigas secara riil sudah mulai membaik mengikuti pertumbuhan volume perdagangan dunia yang meningkat. Tetapi secara nominal masih tumbuh negatif akibat harga komoditas ekspor yang masih mengalami penurunan. Meskipun ekspor nonmigas tumbuh negatif, neraca perdagangan nonmigas mampu mencatat kenaikan surplus karena impor turun lebih tajam daripada ekspor.
"Penurunan impor nonmigas tersebut merupakan dampak dari perlambatan konsumsi dan investasi domestik yang tercermin dari menurunnya impor barang-barang konsumsi dan barang-barang modal," tambahnya.
Sementara itu, penurunan defisit neraca jasa disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran jasa transportasi, mengikuti turunnya impor nonmigas dan pengeluaran jasa travel. Selain itu, juga karena mengikuti turunnya jumlah penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri pasca berakhirnya musim haji dan masa liburan akhir tahun.
Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan juga menyusut, terutama akibat berkurangnya pembayaran bunga utang luar negeri. Sebaliknya, defisit neraca perdagangan migas kembali meningkat akibat pertumbuhan volume konsumsi BBM yang masih mengalami akselerasi dan produksi minyak yang terus menurun. Di kuartal II-2013, kinerja neraca pembayaran Indonesia secara keseluruhan diperkirakan akan semakin membaik didukung oleh transaksi modal dan finansial yang kembali mencatat surplus sehingga diharapkan mampu membiayai defisit transaksi berjalan.
"Ekspektasi perbaikan transaksi modal dan finansial tersebut terutama bersumber dari kenaikan arus modal masuk investasi portofolio asing dan investasi langsung asing (PMA)," tambahnya.
Difi menambahkan, hal ini tercermin dari meningkatnya arus modal yang cukup besar di bulan April 2013, di antaranya berasal dari penerbitan obligasi pemerintah, sejalan dengan masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia dan dampak dari kebijakan moneter global yang masih akomodatif.
Perkiraan kinerja neraca pembayaran di kuartal II-2013 yang membaik tersebut sudah mulai terindikasi dari jumlah cadangan devisa pada akhir April 2013 yang meningkat menjadi 107,3 miliar dollat AS. Sekadar catatan, neraca pembayaran Indonesia di kuartal I-2013 mengalami defisit 6,6 miliar dollar AS. Hal inilah yang menyebabkan cadangan devisa RI menurun, khususnya di Maret 2013 menjadi sebesar 104,8 miliar dollar AS.
Namun jumlah cadangan devisa tersebut setara dengan kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 5,7 bulan, di atas standar kecukupan internasional.
Editor :
Erlangga Djumena
0 comments:
Post a Comment