Loading

LAKBAN / OPP TAPE MURAH DAN KUAT

Friday, April 12, 2013

Kenapa Harus Impor?



Pertanyaan ini bukan saja harus dijawab oleh pemerintah Indonesia. Kenapa harus impor barang lain dari negara lain adalah pertanyaan yang harus dijawab bahkan oleh negara sebesar Amerika Serikat dan negara serba bisa seperti China. Pertanyaan Kenapa Harus Impor mungkin akan menjebak kita pada pembahasan bidang perekonomian dengan berbagai argumentasi tentang teori supply and demand, hingga bagaimana menerapkan kebijakan impor yang sesuai, apakah mau menggunakan sistem tarif bea masuk atau mempertahankan importasi base on quota seperti yang dilakukan pemerintah SBY – Budiono saat ini.


Menjawab kenapa harus impor adalah memahami lebih dari siapa pihak yang diuntungkan, yang dirugikan dan bagaimana melakukan kebijakan ideal agar yang dirugikan tidak terlalu rugi. Bukan, bukan itu. Ini baru disuruh jawab kenapa harus impor, apalagi kalau sudah kadung impor dan kemudian berdampak sangat merugikan bagi orang banyak.

Kenapa harus impor juga bukan seharusnya menjadi pertanyaan jebakan batman bermuatan politis. Yang lucunya lagi mantan – mantan penentu kebijakan impor jaman baheula bermunculan mengkritik pemerintah soal kebijakan impor yang mereka nilai salah dan bodoh. Halo, kalau memang pemerintah sekarang lebih bodoh dan ceroboh, kenapa kalian digantikan? Ya karena kalian juga sama saja, berganti orang, berganti kebijakan, hasilnya sama saja, tetap jalan di tempat. Jadi daripada adu argumentasi dengan teori yang sama – sama usang, mari kita cari pencerahan baru paradigma baru yang tentunya hanya akan muncul dari generasi baru, pemikiran baru seperti pemikiran saya di blog ini hahaha.

Mari bapak – bapak, ibu – ibu kita belajar dulu soal membedakan antara alat dan matlamat. Membedakan alat dengan tujuan. Jika bapak – ibu sekalian sedang sakit, apakah tujuan yang anda harapkan saat itu? Sembuh! Betuul. Apa alatnya agar cepat sembuh? Tergantung keadaan, kemampuan, kreativitas dan pemahaman akan tujuan anda yang sebenarnya. Minimal alat paling utama adalah obat. Kalau sakitnya migrain, obatnya bodrex. Kalau sakitnya mencret, obatnya rebusan daun jambu. Lalu ternyata untuk mendapatkan obat tidak sesederhana yang semestinya. Bagi sebagian orang diperlukan alat – alat tambahan, seperti kendaraan, bensin, resep dokter, uang dan barulah tercapai pemenuhan alat yang utama, yaitu obat. Tapi tetap tujuannya bukan mampu beli obat, tujuannya adalah sehat.

Jadi saya tidak setuju jika impor adalah sebuah tujuan, mari kita sebut kegiatan impor yang sekarang terjadi adalah karena motivasi. Apa yang dilakukan pemerintah tekait dengan impor bagi saya tidak ada kena mengenanya dengan tujuan pemerintah (nasional) yang sebenarnya. Coba saja cermati, kebijakan apapun lebih kuat motif nya dari pada fungsi nya. Motivasi dibalik kebijakan itu yang harus kita bantu luruskan, agar pemerintah sekarang tidak seperti pemerintah sebelumnya yang terjebak dan tidak bisa membedakan antara alat dan matlamat karena sudah kerasukan motivasi – motivasi yang tidak jelas.

Impor adalah alat. Ekspor juga alat. Kebijakan, peraturan, jabatan, kantor, departemen, moneter,  adalah alat. Alat untuk sebuah matlamat, yaitu masyarakat adil dan makmur. Tujuan impor bukan agar menjadi ekspor atau sebaliknya. Untuk apa ekspor jika rakyat sendiri malah makan sisa barang yang di ekspor, misalnya. Untuk apa impor jika, sebagian bisa terpenuhi kebutuhannya, tetapi sebagian besar lainnya malah jatuh miskin karena produksinya tidak laku. Jika negara ini kita ibaratkan kapal laut. Tujuan kita bukan hanya eksis dan mendapat posisi di atas kapal, tetapi bagaimana kita diatur dan mengatur agar keberadaan kita di kapal mempercepat laju kapal mencapai destinasi atau tujuan yang sebenarnya, yaitu meraih destinasi baru, masyarakat adil dan makmur.


Jadi kalau prinsip dasar ini dipahami yaitu mampu secara jelas membedakan alat dan tujuan nasional yang sebenarnya, seharusnya pasca reformasi kondisi bangsa bukan lagi masih parbet berkutat di urusan impor dan tata cara impor. Mari kita renungi kondisi impor bahan pangan dan komoditi pertanian dari sebuah negara besar yang dijuluki bangsa agraris dan maritim terbesar dunia ini: Impor bahan pangan dan pertanian Indonesia meningkat 200 kali dalam kurun kurang dari 6 tahun, Data Bapenas menunjukan jika pada tahun 2006 defisit neraca perdagangan bidang pertanian sebesar US$28,03 juta, maka ditahun 2011 membengkak menjadi US$ 5.509 miliar atau setara dengan 50 triliun lebih. Masih tidak akur dengan saya kalau masalah kenapa harus impor sebenarnya adalah masalah kebijaksanaan kita bersama dalam menentukan tujuan nasional? Apakah alat dan motivasi yang ada memang benar untuk mencapai tujuan masyarakat adil dan makmur? Itu sajalah pembelajaran dari generasi penerus yang tentu kita – kita yang muda ini tidak akan mau mengulangi lagi kesalahan yang sama kelak.

sumber: Doddy Hidayat
Konsultan Kreatif

0 comments:

Click Button Below to Save As PDF

Pertumbuhan PDB per kapita (% tahunan)

Template by : kendhin x-template.blogspot.com