Loading

LAKBAN / OPP TAPE MURAH DAN KUAT

Monday, October 21, 2013

"Para Pebisnis Indonesia Punya Ide-ide Hebat"

Tidak banyak perempuan yang bergerak dalam bisnis perkapalan dan jasa maritim. Namun dari bisnis itulah nama Doris Magsaysay Ho melambung.

Sadar bahwa Filipina merupakan negeri maritim dengan memiliki banyak pelaut yang terampil, Ho menjalankan perusahaan perkapalan dan distribusi logistik dengan menduduki jabatan sebagai Presiden dan Kepala Eksekutif Korporat (CEO) A. Magsaysay Inc. Dia berhasil membawa A. Magsaysay Inc sebagai raksasa perkapalan terkemuka di Filipina.

Tidak heran bila Ho mendapat penghargaan sebagai the Global Filipino Executive of the Year oleh Asia CEO Awards pada November 2012. Diselenggarakan oleh the American Express, Asia CEO Awards itu merupakan salah satu penghargaan utama bagi para eksekutif di Asia Pasifik.  


Kendati darah pebisnis telah mengalir dari sang ayah yang juga pengusaha ternama, Robert Ho, namun dia memulai semua proses itu dari bawah. Doris mengaku tidak pernah mempelajari bisnis secara formal. Ketika kuliah pun, dia lebih memilih belajar desain di Rhode Island School of Design dan mengikuti bakat seni dari sang ibu, Anita Magsaysay.

Perempuan Filipina pertama yang meraih Responsible Entrepreneur Award pada 2004 itu mulai berkarier di Maritime Corporation tahun 1979. Dalam waktu dua tahun saja, Doris berhasil meraih posisi sebagai CEO. Sejak perusahaan itu di bawah kepemimpinannya, Maritime Corporation mulai menemukan pasar dan menjadi yang terdepan di bisnis perkapalan.

Perusahaannya kemudian melebarkan sayap dengan mengelola Batangas Bay Carriers, Inc yang mengoperasikan kapal tanker dan bekerja sama dalam jangka waktu panjang dengan perusahaan minyak Belanda, Shell.

Statusnya sebagai perempuan tidak menghalangi Ho untuk menduduki jabatan puncak dalam bisnis perkapalan. "Perempuan di Filipina memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin," kata Ho seraya mengingatkan bahwa di Filipina sudah ada dua perempuan yang menjadi presiden di negerinya, yaitu mendiang Corazon Aquino dan Gloria Macapagal Arroyo.

Ho pun kini dipercaya mewakili suara para korporasi di Filipina dengan menjadi anggota Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC). Ini merupakan forum elit 63 pebisnis se-Asia Pasifik yang setiap tahun memberi sejumlah rekomendasi kepada para pemimpin ekonomi APEC mengenai apa yang harus mereka lalukan untuk memperbaiki liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan ini.

Di sela-sela pertemuan ABAC 1-4 Oktober 2013 di Nusa Dua, Bali, eksekutif berusia 61 tahun itu bercerita panjang lebar kepada VIVAnews mengenai perkembangan bisnisnya dan bagaimana dialog dan kerjasama para pengusaha se-Asia Pasifik turut berperan memasukan perusahaannya.

Berikut petikan wawancara dengan Doris Magsaysay Ho

Bisakah Anda ceritakan sedikit mengenai perusahaan Anda dan seberapa besar kontribusi yang telah disumbangkan ke kawasan Asia Pasifik?
Perusahaan saya pada dasarnya bergerak di bidang perkapalan dan mendukung perdagangan global. Di Filipina sendiri, kami memiliki perusahaan perkapalan lokal. Kami telah terlibat dalam beberapa proyek pendistribusian barang ke pulau-pulau yang ada di Filipina. Jumlah pulau di Filipina memang tidak sebanyak di Indonesia, karena hanya mencapai delapan ribu pulau.

Kami telah terlibat dalam proyek pendistribusian barang-barang logistik. Selain itu perusahaan kami juga ikut mendukung dalam beragam perdagangan termasuk penjualan minyak.

Apa yang membuat perusahaan Anda memiliki ketertarikan khusus terhadap APEC? Adakah hal yang menarik dari forum ini bagi perusahaan dan bisnis Anda secara umum?
Apa yang membuat saya dan delegasi kami menganggap APEC begitu penting yakni ketika bergabung dengan Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC). Berbagai kesempatan bisnis sangat terbuka lebar di kawasan Asia Pasifik, karena terdapat berbagai pangsa pasar.
Tujuan penting dari ABAC yakni bagaimana mereka dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan akses kepada pasar sehingga lebih efisien. 

Sehingga, apabila kita ambil contoh untuk usaha kecil mikro menengah (SME), kadang yang menjadi tantangan bagi pemerintah di negaranya yaitu harus memberikan upaya dan kreativitas lebih dalam menciptakan sebuah produk. Selain itu kami juga harus memberikan informasi kepada mereka cara untuk mengakses pasar dan menunjukkan bahwa memang ada peluang pasar di kawasan ini. 

Kemudian bagaimana membuat produk yang sesuai dengan standar dan melihat apa tuntutan  serta kebutuhan pasar global. Poin-poin tersebut sangat penting. Sehingga inisiatif organisasi APEC dalam mengembangkan kawasan ini juga penting.

Pada zaman seperti sekarang, dengan semakin canggihnya penggunaan teknologi informasi (ICT) memberikan kesempatan itu terbuka lebar. Alat itu memberikan kesetaraan dan kesempatan bagi orang-orang kami untuk saling terhubung.

Bagaimana Anda menilai kapabilitas anggota-anggota APEC dalam mendukung bisnis Anda, khususnya di sektor swasta?
Saat ini, seperti yang Anda ketahui, fokus pembicaraan lebih banyak membahas soal konektivitas, namun pada akhirnya yang membuat kawasan ini begitu menarik, karena masing-masing perekonomian negaranya berbeda-beda.
Maka banyak isu yang menjadi topik pembicaraan internal, seperti misalnya bagaimana situasi perekonomian di dalam negara kami dapat meningkatkan standar, kapasitas serta ketahanan finansial agar dapat merengkuh peluang global.

Apa harapan Anda pada KTT APEC tahun ini, khususnya dalam perluasan bisnis Anda?
Saya rasa dalam setiap tahun keterlibatan saya di forum ini selalu ada beberapa pencapaian yang baik dan selalu ada perkembangan. Namun ini bukanlah akhir.

Ada beberapa ide yang kemudian menjadi nyata, salah satunya adalah ide Kemitraan Trans-Pasifik (TPP). Awalnya itu hanya sekedar ide, namun sekarang mulai menjelma menjadi kenyataan.
Pertanyaannya sekarang, apakah semua negara berhasil mencapai kesepakatan tingkat tinggi. Saya rasa itu bisa menjadi salah satu bentuk perkembangan nyata.

Bagaimana kontribusi APEC terhadap pemberdayaan kaum perempuan di bidang ekonomi?
Saya rasa fakta dengan adanya dialog, semakin banyak orang yang dapat berkontribusi, berbagi pengalaman soal partisipasi perempuan dalam bidang ekonomi di Filipina cukup tinggi. Kesenjangan gender tidak terlalu besar.

Perempuan di Filipina memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin. Dua perempuan pernah menjabat sebagai Presiden di masa yang berbeda [Mereka adalah mendiang Corazon C. Aquino (1985 - 1993) dan Gloria Macapagal-Arroyo (2001 hingga 2010)]. Kami semua, termasuk saya yang menjabat sebagai CEO perempuan, turut belajar dari dialog itu.

Saya banyak belajar bagaimana situasi perekonomian di negara lain. Pengaruh macam apa yang ditimbulkan dari perekonomian di negara itu.
Inisiatif mengenai isu perempuan yang diajukan di forum APEC dan ABAC, pada dasarnya ingin mencari solusi bagaimana meningkatkan partisipasi perempuan di bidang ekonomi, pendidikan dan bidang lainnya.

Kesulitan besar macam apa yang dihadapi dalam menjalankan bisnis di kawasan Asia Pasifik? Adakah solusi untuk mengatasi hal tersebut?
Tidak seperti yang dipikirkan oleh banyak orang mengenai kesuksesan integrasi ekonomi, tantangan terbesar yang saya alami lebih kepada faktor tradisi budaya dan bahasa. Selain itu faktor jarak di antara daerah kami, memang tidak sejauh apabila dibandingkan di Benua Eropa.
Kami harus berupaya lebih untuk mencari kesamaan, mempelajari dan memahami karakter satu sama lain. Ada pula negara dengan perekonomian yang telah maju, namun ada negara yang situasi ekonominya masih berkembang.

Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN dan APEC berjalan bersama-sama, sementara apabila kita bandingkan Uni Eropa, mereka sangat selektif. Masing-masing negara harus memenuhi standar tertentu agar dapat diterima dan bergabung ke dalam UE. Sehingga di UE agak lebih mudah menjalin kemitraan.

Maksud Anda kawasan Asia Pasifik jauh lebih rumit dibandingkan dengan Eropa?
Benar sekali, Asia Pasifik jauh lebih kompleks, sehingga perlu inisiatif untuk tetap bersama, kendati kesepakatan yang dibuat tidak mengikat.
Negara-negara anggota ini harus tetap bersama dan terus menggali kesempatan untuk saling kenal, khususnya di kalangan para pebisnis.

Mungkin perlu adanya komponen budaya, di mana perlu adanya pemahaman lebih terhadap keyakinan dan nilai satu sama lain. Bagaimana cara mencari kesamaan nilai.
Apabila terkait dengan bisnis, maka akan membahas perdagangan, lalu pertanyaannya bagaimana tercipta inklusivitas di antara sekian banyak populasi, maka masing-masing negara harus dapat mengkomunikasikan kepada rakyatnya, mengapa forum kerjasama ini penting bagi mereka, mengapa upaya pemerintah terkait dengan mereka.

Kecuali mereka turut merasakan kerjasama ini penting, maka negara Anda tidak akan mengalami perkembangan apa pun.

Terkait dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), salah satu rekomendasi yang diberikan ABAC kepada para pemimpin APEC yaitu memberikan akses lebih dalam hal keuangan dan teknologi kepada UKM. Dukungan macam apa yang diberikan Pemerintah Filipina untuk mewujudkan saran tersebut?
Anda seharusnya juga bisa hadir dalam pertemuan ABAC di panel UKM dan pertanyaannya kemudian siapa yang melakukan hal tersebut? Namun, saya kira dari segi bisnis, UKM akan terus berkembang.
Lagipula saya tidak dapat berbicara mengenai apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, karena saya tidak mewakili pihak tersebut.

UKM dapat terus berkembang apabila perusahaan besar memberikan kesempatan kepada mereka. Sebagai contohnya dalam bisnis perkapalan yang kami besut, kami bekerja sama dengan perusahaan minyak.

Perusahaan minyak itu memberikan kami kontrak, menjadikan kami mitra, dan membantu dalam berbisnis. Dalam hal serupa, hubungan antara perusahaan dengan skala lebih besar dengan dukungan perusahaan lebih kecil sangat penting.

Dalam kata lain, terkadang tidak semua perusahaan besar berperan dalam setiap rantai pasokan. Mereka dapat menggunakan tenaga lain secara alih-daya (outsourcing), khususnya dalam pemberian jasa. Banyak pengusaha Filipina yang diuntungkan dari sistem alih-daya.

Negara lain yang turut menggunakan sistem outsourcing untuk pengadaan jasa, yakni Jepang. Negeri Sakura menggunakan jasa dari Thailand, Indonesia dan Filipina untuk memenuhi layanan medis terhadap jasa perawat.
Negara lain pun dapat melakukan outsourcing terhadap beberapa sumber daya manusia yang berkualitas dan mengirim mereka ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Doris Magsaysay Ho (duduk, ujung kanan) dalam pertemuan ABAC 2013
(Keterangan Foto: Doris Magsaysay Ho (duduk, ujung kanan) dalam pertemuan Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) di Nusa Dua, Bali, 4 Oktober 2013  VIVAnews/Renne Kawilarang)
Salah satu wujud nyata APEC adalah dikeluarkannya APEC Business Travel Card (ABTC), yang membuat para pebisnis dari kawasan ini bisa berkunjung ke sesama anggota APEC tanpa harus urus visa untuk jangka waktu hingga tiga tahun. Bagaimana Anda melihat fasilitas ini?
Saya pikir itu adalah ide yang bagus

Bagaimana pendapat Anda soal saran yang diajukan oleh Indonesia untuk memberikan keleluasaan serupa kepada kalangan non bisnis untuk dapat bepergian ke kawasan Asia Pasifik dengan mudah?
Pemikiran kami di masa mendatang publik tidak lagi memerlukan paspor untuk bepergian ke luar negeri. Mungkin ke depannya, akan hadir teknologi yang lebih canggih dan menggunakanbar code khusus. Selain itu fasilitas tersebut sebaiknya juga dapat dinikmati oleh kalangan non bisnis.

Permasalahannya seperti saya tinggal melalui pintu khusus dan semua data sudah terekam, semacam itu, bukan?

Betul, teknologi yang dapat langsung melakukan pemindaian
Kecuali teknologi itu memang sudah dipopulerkan, maka permasalahannya tinggal bagaimana menerapkan teknologi tersebut secara bijak. Tapi saya setuju dengan Anda, mengapa fasilitas semacam itu harus dibatasi untuk kalangan pebisnis saja? Sebaiknya fasilitas itu diberlakukan untuk semua kalangan.

Saya rasa di beberapa negara seperti Singapura, Hongkong, termasuk Indonesia juga punya layanan antrian khusus, bukan? Sudah banyak negara yang saya ketahui memiliki ABTC. Dunia dan perdagangan, saya rasa makin maju dan mulai terkait satu dengan yang lainnya. 

Dan ketika dunia sudah mulai menyatu, mungkin kawasan Asia Pasifik akan lebih maju dibandingkan kawasan lainnya.

Bagaimana Indonesia di mata Anda? Apakah sudah menjadi tempat yang nyaman untuk berbisnis?
Saya tahu Indonesia dan menurut saya negara ini menakjubkan. Rakyat Indonesia memiliki kepercayaan diri yang baik.
Begitu juga dengan kebudayaan Anda. Para pebisnis Indonesia memiliki ide-ide yang hebat dan dapat berpikir besar, mengingat Indonesia adalah negara yang besar serta luas.

Budaya dan tradisi Indonesia yang hingga kini masih dipegang justru menjadi keunikan tersendiri dan penting. Negeri ini sangat indah.

Kesan Anda mengenai Pulau Bali?
Oh, saya sangat menyukai Bali.  
viva.co.id

0 comments:

Click Button Below to Save As PDF

Pertumbuhan PDB per kapita (% tahunan)

Template by : kendhin x-template.blogspot.com