Loading

LAKBAN / OPP TAPE MURAH DAN KUAT

Monday, March 5, 2012

Iwan S. Lukminto: Bukan Zamannya Lagi Price War, Tapi Service


Berawal dari sebuah toko kecil bernama “Sri Redjeki” di pasar Klewer Solo tahun 1966. Kemudian pada tahun yang sama, usaha ini menjadi industri rumahan dengan jumlah karyawan 4–5 orang. Usaha ini berkembang, dan kemudian pada tahun 1968 bermetamorfosis menjadi sebuah industri menengah. Pabrik pertama pun berdiri di Baturono, Solo, dengan nama “Sritex”. Pabrik pertama ini memproduksi bahan pemutih dan pencelup kain. Pabrik tersebut terus mengembangkan kapasitas produksinya, hingga pada tahun 1982 dibuka divisi baru, yaitu divisi pemintalan dan penenunan.
Tujuh tahun kemudian, tepatnya tahun 1989–1990, Sritex melakukan ekspansi besar-besaran. Divisi pun bertambah, mulai dari spinning–weaving–finishing dangarment. Puncak dari ekspansi terjadi pada tahun 1992 dengan diresmikannya Sritex menjadi pabrik tekstil, pabrik berukuran paling besar di Solo.
Pada saat ini, pabrik tekstil-garmen Sritex beroperasi dengan empat unit spinning, lima unit weaving, tiga unit dying/printing/finishing, dan enam unit garmen. Sritex beroperasi di atas lahan seluas lebih dari 100 hektare didukung sekitar 25.000 karyawan. Perusahaan ini pun telah mendapat sertifikat audit dari Bundeswehr (Angkatan Bersenjata Jerman) pada tahun 1997. Audit itu mencakup masalah kualitas, sistem kerja, compliances, dan lingkungan. Semenjak itu, Sritex dikenal sebagai produsen seragam tentara, di samping menghasilkan produk fashion lainnya.
Kini, pasar Sritex telah meluas di 30 negara yang mencakup Asia, Eropa, dan Amerika. Bahkan di tahun 2010 lalu Sritex kembali membangun pabrik baru di atas lahan seluas 30 hektare guna memenuhi permintaan pasar sampai 30%. Dengan dibangunnya pabrik baru ini, Sritex benar-benar menjadi produsen tekstil terluas di Asia Tenggara. Usahanya ternyata tidak hanya pada bisnis pertekstilan, tetapi juga merambah ke sektor lain, seperti properti, perhotelan, dan restoran.
Pencapaian Sritex tentu tak lepas dari upaya manajemen dalam mengembangkan usaha ini. Sejak tampuk pimpinan dipegang oleh Iwan S. Lukminto—sebagai penerus dari sang ayah yang lengser pada tahun 2005, Sritex mengalami perkembangan yang pesat. Jebolan Sulfolk University, Amerika Serikat ini adalah putera pertama dari Lukminto, pendiri Sritex. Iwan mulai bergabung di Sritex sejak tahun 1997 sebagai asisten direktur. Dua tahun kemudian, dia menjabat vice president director. Oleh karena Iwan memang dipersiapkan sebagai calon pengganti ayahnya, pada tahun 2005 dia resmi menggantikan sang ayah untuk menduduki posisi pemimpin teratas di Sritex.
Untuk mengenal lebih dekat pemimpin tertinggi Sritex, majalah MARKETING beberapa waktu lalu menyambangi pusat industri tekstil terluas di Asia Tenggara ini untuk melakukan wawancara dengan Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman/Sritex Iwan Setiawan Lukminto. Berikut petikannya.
Sejak kapan Anda menakhodai perusahaan ini?
Sejak tahun 2005 secara keseluruhan, namun saya sendiri mulai berkarier di sini sejak tahun 1997. Waktu itu masih menjadi asistennya Bapak.
Apa sebenarnya unique selling point (USP) dari produk Sritex, dibandingkan perusahaan sejenis?
Nomor satu adalah kualitas, ketepatan pengiriman, lalu line production kami dari kapas, benang, hingga menjadi pakaian.
Untuk mengelola perusahaan sebesar ini, strategi seperti apa yang Anda terapkan untuk pengembangan SDM?
Soal SDM, sistem kerja kami memang team work dan object oriented, dalam arti hal yang benar dan yang salah aturannya jelas. Kami bekerja bagaimana mengembangkan kemajuan perusahaan ini secara bersama-sama. Ada budaya kami setiap bulan pada tanggal 17 melakukan upacara bendera. Skalanya lebih kecil, hanya sekitar 2.000–3.000 orang. Dan saat peringatan 17 Agustus, skalanya hingga seluruh karyawan kami. Ini adalah budaya Sritex, dan bagi human resources ini adalah kunci keberhasilan kami.
Kemudian, mengenai peningkatan kualitas atau skill SDM, kebijakan apa yang Anda lakukan?
Kebijakan yang terkait dengan peningkatan skill SDM pasti ada. Sebenarnya pada Januari ini, kami akanlaunching Sritex Academy di dalam lokasi ini. Programnya memberi training untuk meningkatkan kemampuan akademis bagi karyawan. Tahun lalu kami sudah buat training untuk bagian human resources, yaitu organization behavior untuk kebudayaan korporat. Tujuannya untuk perencanaan karier bagi karyawan. Jadi, dia harus melewati jenjang itu untuk naik posisi. Dengan demikian, nantinya akan meningkatkan kesejahteraan karyawan sendiri. Jadi, siapa yang kerja smart akan lebih berharga nilainya.
Selain uniform dan fashion, apakah ada jenis produk lain yang dihasilkan Sritex?
Kami sebenarnya bukan bergerak di situ saja. Keduanya hanya sebagai end product. Kami juga menjual bahan baku, misalkan benang. Kami menjual kain mentah dan jadi. Di sini pun kami punya substansial kuantitas yang sangat besar. Jadi, kami benar-benar punya diversified product. Saat ini, kami ekspansi untuk benang.
Sejak kapan perusahaan Anda mulai melakukan ekspor?
Ekspor sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 1980-an. Negara pertama yang dijadikan tujuan ekspor Sritex adalah negara-negara Asia, Timur Tengah, dan Amerika.
Saat ini, sebenarnya kalau dihitung secara keseluruhan—dalam artian bukan hanya uniform saja karena Sritex juga punya produk fashion yang cukup besar, mungkin jangkauannya bisa sampai ke 30 negara dengan target ekspor terbesar ke Eropa dan Amerika.
Saat Anda mulai berencana melakukan ekspor, apakah dilakukan test case pasar terlebih dahulu?
Sebenarnya semua sudah dilakukan test case di sini. Sekarang tinggal melihat bagaimana bobot risikonya melempar produk ke negara lain. Kami terus terang saja lebih mementingkan loyal customer. Pelanggan kami sendiri sudah melakukan usaha lebih dari 20 tahun. Itu lebih lama daripada saya mulai bekerja di sini. Pelanggan lama inilah yang benar-benar sudah loyal pada kami.
Bagaimana strategi Anda untuk menjaga loyalitas pelanggan?
Pertama, kami menjaganya dengan servis. Dalam hal ini kami lebih mendahulukan mereka saat pengiriman. Kedua, kami melakukan R&D bersama pelanggan loyal tersebut. Kami mendukung mereka R&D dengan produk-produk maupun sistem baru. Sistem itu kami berikan khusus kepada pelanggan loyal kami saja.
Bagaimana Anda menghadapi persaingan yang ada serta para kompetitor?
Sebenarnya menurut saya, tidak ada kompetitor yang usahanya terintegrasi seperti Sritex. Jika kompetitor melakukan prize war, di Sritex hal tersebut sudah tidak ada lagi. Itu sudah lama lewat. Sekarang ini adalah masanya “how to serve the market in fast”. Jadi, bagaimana melayani pasar dengan servis Anda. Hanya itu saja. Mereka membutuhkan after-sales service yang kita berikan. Lalu adanya feedback yang kita berikan, kita perbaiki terus, continuous improvement. Juga memberi solusi ke pelanggan.
Inovasi apa saja yang Anda lakukan?
Inovasi yang kami lakukan sebenarnya lebih pada bidang produk. Kami pun menjadi partner R&D di NATO (North Atlantic Treaty Organization/Pakta Pertahanan Atlantik Utara). Sebagai contoh, saat mereka ingin menguatkan kain, kami yang diminta terlebih dahulu membuatnya. Mereka memberikan advice soal teknik, jadi semuanya lebih ke technical approach.
Bagaimana Anda melihat prospek pemasaran Sritex ke depannya?
Kalau kita bicara prospek, kami akan tetap menggalakkan visi sebagai reputable excellence garment industry terkemuka di dunia. Prospeknya sangat bagus, karena di Indonesia sendiri menunjang. Selain itu, berkembangnya kesadaran akan produk tekstil timbul karena orang Indonesia tahu bagaimana produk yang baik. Kemudian lingkungan kerja kami cukup kondusif, dan bisa berkompetisi dengan negara lain di Asia.
Bisa dikemukakan, apa obsesi pribadi Anda terhadap Sritex?
Saya ingin mengembangkan terus usaha dan fokus, lalu memperbesar network di bidang penjualan. Juga melakukan ekspansi ke hulu dengan adanya rayon plant (untuk bahan baku). Jadi, nantinya kami akan punya vertical integrated, dari hulu ke hilir. Pasar ritel juga nanti akan kami masuki. Itulah obsesi saya.
Boleh tahu, apa prinsip hidup Anda?
Jujur, terbuka, hard working, dan enjoy working. (Majalah MARKETING)

0 comments:

Click Button Below to Save As PDF

Pertumbuhan PDB per kapita (% tahunan)

Template by : kendhin x-template.blogspot.com